Jenis-jenis Frekuensi Satelit Komunikasi

jenis frekuensi satelit

Sebelum berbicara lebih jauh mengenai jenis-jenis frekuensi satelit komunikasi, tentu saja terlebih dahulu Anda perlu mengetahui apa yang dimaksud dengan satelit itu sendiri. Sebab rasanya agak aneh jika kita sudah jauh membahas tentang satelit, namun pengertian satelit belum kita ketahui.

Perlu diketahui bahwa satelit berasal dari kata latin satelles yang berarti pelayan. Secara ilmiah, satelit bisa diartikan sebagai benda yang melakukan pergerakan dengan cara mengitari benda lain di dalam jalur tertentu yang bisa diprediksi. Jalur tersebut dinamakan dengan orbit.

Contents

Ada Berapa Jenis Satelit?

Secara sederhana, satelit bisa dibagi ke dalam dua kategori, yaitu satelit alami dan satelit buatan. Adapun penjelasan detail untuk masing-masing jenis satelit tersebut adalah sebagai berikut :

1. Satelit Alami

Istilah satelit alami digunakan untuk satelit yang berasal dari alam. Contohnya bulan yang menjadi satelit alami bagi bumi, atau bumi beserta planet-planet lain dalam tata surya yang menjadi satelit alami bagi matahari.

2. Satelit Buatan

Istilah satelit buatan digunakan untuk jenis satelit buatan manusia yang ditempatkan pada suatu orbit tertentu menggunakan kendaraan peluncur. Fungsi dari satelit buatan ini cukup beragam, di antaranya adalah untuk pemetaan, komunikasi, monitor cuaca dan lain sebagainya.

Posisi satelit pada orbitnya ada 3, yaitu :

  • Low Earth Orbit (LEO): Posisinya berkisar 500 hingga 2.000 km dari atas permukaan bumi.
  • Medium Earth Orbit (MEO): Posisinya berkisar 8.000 hingga 20.000 km dari atas permukaan bumi.
  • Geosynchronous Orbit (GEO): Posisinya berkisar 35.786 km dari atas permukaan bumi.

Pergerakan satelit buatan ini dipantau langsung dari bumi pada lokasi yang dikenal dengan istilah stasiun pengendali. Prinsip kerja satelit terdiri dari dua cara, yaitu uplink dan downlink. Uplink dengan melakukan pengiriman transmisi dari bumi ke satelit, sedangkan downlink berupa pengiriman transmisi dari satelit ke stasiun bumi.

Keberadaan komunikasi satelit tidak jauh berbeda dengan repeater di langit. Sebab, satelit menggunakan alat bernama transponder, yang menjadikan komunikasi 2 arah bisa terjadi.

Umumnya jumlah tranponders yang digunakan pada satelit jumlahnya sangat banyak. Salah satu contohnya adalah Intelsat VIII yang menggunakan 44 transponders. Dengan jumlah tranponders sebanyak itu, Intelsat VIII mampu mengakomodir 22.500 telepon sirkuit dan 3 channel TV.

Keberadaan antena satelit pada jaringan komunikasi satelit sangatlah penting. Pasalnya, benda tersebut  berfungsi sebagai penerima transmisi di kawasan manapun di dunia. Agar proses pengiriman transmisi berdasarkan kawasannya berlangsung lebih mudah, satellite spacing (penempatan satelit) perlu dilakukan dengan benar.

Untuk sumber listrik atau power system, satelit mengambilnya dari sinar matahari yang langsung diubah ke bentuk listrik dengan menggunakan Sel surya (Solar cells). Selain itu, satelit juga sudah dilengkapi dengan sumber tenaga yang durasinya mencapai 12 tahun.

Jenis-jenis Satelit Buatan Berdasarkan Fungsinya

Sebagaimana yang disebutkan di atas bahwa satelit terdiri dari dua jenis, yaitu satelit alami dan satelit buatan. Satelit buatan sendiri terbagi menjadi beberapa jenis berdasarkan fungsinya, yaitu :

  1. Satelit cuaca (weather satelitte). Satelit ini berfungsi melakukan pengawasan terhadap kondisi iklim dan cuaca bumi. Dengan adanya benda ini, kondisi cuaca dan perubahannya bisa diprediksi.
  2. Satelit komunikasi (communication satellite). Satelit ini berfungsi sebagai sistem komunikasi jarak jauh. Satelit inilah yang digunakan untuk layanan telepon dan internet.
  3. Satelit navigasi (navigation satellite). Satelit ini berupa benda angkasa yang menyajikan posisi geospasial mandiri dengan jangkauan global. Satelit ini juga disebut sebagai satelit GPS untuk navigasi darat, udara, dan laut.
  4. Satelit penginderaan jauh (remote sensing satellite). Satelit ini dibuat khusus untuk mengamati bumi dari orbit. Tujuannya terkait dengan meteorologi, peta, pengawasan lingkungan, dan lainnya.
  5. Satelit ilmiah (scientific research satellite). Satelit ini berfungsi menyediakan data service tanah, informasi meteorologi dan aplikasi riset ilmiah, serta radio amatir.
  6. Satelit militer (military satellite). Satelit ini digunakan untuk keperluan militer, seperti pengamatan intelijen menggunakan satelit, navigasi, serta komunikasi militer.

Baca juga : 8 Jenis Satelit Berdasarkan Tujuannya Serta Penggunaannya

Mengenal Lebih Dekat Seputar Satelit Komunikasi

Satelit komunikasi (communication satellite) merupakan jenis satelit yang difungsikan sebagai sistem komunikasi jarak jauh. Umumnya satelit jenis ini digunakan untuk layanan telepon dan internet.

Keberadaan satelit komunikasi menjadikan jangkauan komunikasi mencapai daerah-daerah yang jauh dan terpencil. Sebab, letak satelit tersebut di luar angkasa dengan jarak 36.000 km di atas permukaan bumi. Dengan begitu, satelit mampu menyampaikan data atau informasi dari suatu tempat ke tempat yang lain meskipun jaraknya sangat jauh. Tentunya selama masih dalam jangkauan satelit tersebut.

Indonesia sebagai negara kepulauan dan negara dengan bergeografis perbukitan sangat membutuhkan bantuan satelit komunikasi agar komunikasi bisa berjalan dengan lancar dan tanpa kendala. Itulah sebabnya mengapa Indonesia sangat memperhatikan masalah misi satelit komunikasi.

Satelit komunikasi di Indonesia telah menunjukkan kemampuannya sejak tiga dasawarsa lalu. Tentu masih segar dalam ingatan kita semua tentang misi satelit komunikasi pada tahun 60-an silam sebagai alternatif transmisi dari titik ke titik antar kontinen. Sebab, keberadaan satelit komunikasi tersebut waktu itu menjadikan berkisar sepertiga permukaan bumi bisa terlihat dari ketinggian orbit geostasioner yang lokasi tepatnya tepat di atas katulistiwa.

Perlu diketahui bahwa komunikasi satelit menggunakan prinsip dasar sistem komunikasi radio dengan satelit sebagai stasiun pengulang. Dalam hal ini, konfigurasi sistem komunikasi satelit terbagi terdiri atas dua bagian, yaitu ruas bumi (ground segment) dan ruas angkasa (space segment).

Ruas bumi terdiri dari stasiun bumi pengirim dan stasiun bumi penerima. Adapun ruas angkasa terdiri dari satelit penerima sinyal yang dipancarkan dari stasiun bumi pengirim, yang selanjutnya diperkuat dan dikirimkan sinyalnya ke stasiun bumi penerima.

Saat ini Indonesia memiliki beberapa jenis satelit, yaitu :

  • Satelit Merah Putih yang terletak pada slot 180 derajat bujur timur (BT).
  • Satelit BRISAT yang terletak pada orbit 150,5 derajat BT.
  • Satelit Telkom -3S yang terletak pada orbit 118 derajat BT.
  • Satelit Indosiar-2 yang terletak pada orbit 108,2 derajat BT.
  • Satelit Nusantara Satu yang terletak pada orbit 146 derajat BT.
  • Satelit Palapa-D yang terletak pada orbit 113 derajat BT.

Selain itu, ada juga 3 jenis satelit non GSO yang dioperasikan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), yaitu Satelit LAPAN-TUBSAT, Satelit LAPANSAT, serta Satelit LAPAN-A3.

Detail Ulasan Jenis-jenis Frekuensi Satelit Komunikasi

1. Frekuensi L-Band (1-2GHz)

Frekuensi yang dimilikinya relatif rendah, sehingga L-band lebih mudah diproses dan peralatan RF yang dibutuhkan pun tidak terlalu canggih serta lebih murah. Ukuran lebar balok yang lebih lebar menjadikan akurasi penunjuk antena tidak mesti seakurat band yang lebih tinggi.

Sebagian kecil (1,3-1.7GHz) L-Band dialokasikan pada komunikasi satelit di Inmarsat. Untuk kebutuhan Broadband Armada mereka yaitu Inmarsat-B dan C, Inmarsat memang menggunakan frekuensi L-band.

Umumnya antena Inmarsat A dan B yang lebih tua memiliki diameter 1 meter. Hanya saja, saat diluncurkannya satelit yang lebih kuat dengan penggunaan balok terarah, antena broadband Armada yang baru mengalami penurunan kurang dari 30cm (12 inci).

L-Band juga banyak digunakan untuk kebutuhan satelit orbit rendah bumi, koneksi nirkabel terestrial seperti ponsel GSM, serta satelit militer. Selain itu, L-Band juga digunakan sebagai frekuensi menengah pada TV satelit menggunakan sinyal band Ku atau Ka yang dikonversikan ke L-Band di antena LNB. Tujuannya tentu saja agar transportasi dari antena ke dek bawah jadi lebih mudah.

2. Frekuensi S-Band (2-4GHz)

Frekuensi S-Band (2-4GHz) umumnya digunakan pada aplikasi. Frekuensi ini sudah dimasukkan secara internasional ke dalam wilayah license exempt (bebas lisensi) serta dipergunakan bersama oleh publik (frequency sharing).

Di kemudian hari, forum WSIS yang disponsori oleh PBB serta badan dunia semisal ITU, serta industri teknologi, merekomendasikan frekuensi ini sebagai penopang utama bagi penetrasi internet di negara-negara berkembang, terlebih lagi pada area-area yang belum dijangkau oleh infrastruktur telekomunikasi konvensional.

Umumnya WLAN menggunakan teknologi dengan standarisasi IEEE 802.11. Perbedaan antara standar ini terletak pada modulasi transmisinya yang menjadi penentu bagi kapasitas layanan yang dihasilkan. Pada standar 802.11b, maksimal kapasitas yang dihasilkan adalah 11 Mbps hingga 20 Mbps, yang keduanya bekerja pada frekuensi 2.4 Ghz.

3. Frekuensi C-Band (4-8GHz)

Satelit C-Band melakukan transmisi sekitar 6 GHz dan menerima sekitar 4 GHz. Antena yang digunakan lumayan besar karena berukuran 2,4- 3.7 meter. Penggunaan C-Band bisa dijumpai pada kapal-kapal besar yang melintasi lautan secara teratur dan selalu membutuhkan konektivitas saat bergerak dari satu wilayah ke wilayah lain.

Umumnya segmen bandwidth satelit disewakan oleh jalur pelayaran ke kapal-kapal besar tersebut secara penuh waktu. Termasuk yang disediakan adalah koneksi ke Internet, jaringan telepon umum, serta data-data yang nantinya akan dibawa pulang ke kantor pusat mereka.

Perlu diketahui bahwa C-Band bagi sambungan gelombang mikro terestrial bisa menimbulkan masalah ketika kapal memasuki pelabuhan, sehingga menyebabkan gangguan pada hubungan terestrial kritis. Hal ini memberikan efek berupa pembatasan dalam 300km garis pantai, di samping terminal yang harus dimatikan saat mendekati pelabuhan.

Keunggulan teknologi C-Band terletak pada ketahanannya yang lebih terhadap cuaca. Oleh karena itu, C-Band bisa digunakan di wilayah yang memiliki curah hujan tinggi disebabkan perangkat yang digunakannya lebih stabil karena ukurannya lebih besar dibandingkan sistem perangkat KU dan KA-Band.

4. Frekuensi X-Band (8-16GHz)

Frekuensi X-Band umumnya digunakan pada sistem radar untuk navigasi, sehingga bisa mendeteksi target dan menampilkannya dalam bentuk informasi di layar. Misalnya untuk mendeteksi jarak kapal dari darat, keberadaan kapal lain, keberadaan benda mengambang (pulau, batu, gunung es, dan yang lainnya), serta rintangan lainnya. Dengan sebab itu, kapal bisa melakukan langkah antisipasi untuk menghindari tabrakan.

Radar X-Band berbentuk antena pendek dengan rentang frekuensi sebesar 8.0 – 12.0 GHz. Adapun panjang gelombangnya adalah 2.5  – 3.75 cm.

5. Frekuensi Ku-Band (16-32GHZ)

Frekuensi Ku-Band umumnya digunakan untuk TV satelit dan sebagian besar sistem VSAT yang terdapat pada kapal pesiar dan kapal hari ini. Bandwidth yang tersedia di Ku-Band jauh lebih banyak dan lebih murah dibandingkan yang tersedia pada C atau L-band.

Hanya saja, Ku-Band sangat rentan terhadap hujan memudar. Hal tersebut disebabkan panjang gelombang yang terdapat pada tetesan hujan bertepatan dengan panjang gelombang Ku-Band. Sehingga, sinyal yang dipancarkan menjadi lemah saat hujan.

Selain itu, ketepatan penentuan antena harus lebih ketat dibandingkan terminal L-Band Inmarsat. Penyebabnya tidak lain karena lebar balok yang sempit. Tidak heran jika posisi terminal harus betul-betul tepat dan biayanya lebih mahal.

Cakupan Ku-Band dilakukan oleh balok spot regional, yang mencakup area daratan utama dengan penerimaan TV. Oleh karena itu, Kapal VSAT yang selalu bergerak dari satu wilayah ke wilayah lainnya harus melakukan perubahan balok satelit, bahkan terkadang tanpa cakupan di antara balok.

Antena VSAT umumnya berukuran standar 1 meter (seperti SeaTel 4009) hingga 1,5 meter untuk operasi di daerah pinggiran. Bahkan, baru-baru ini dibuat serendah 60cm untuk operasi spektrum penyebaran.

Layanan Ku-Band lebih banyak digunakan oleh lembaga komersial yang biasanya menerapkan biaya berlangganan kepada konsumennya. Terlebih lagi jika mereka selalu mencari inovasi dan solusi agar biaya berlangganan dan pembelian antena bagi pelanggan bisa diturunkan. Selain itu, frekuensi KU-Band juga sangat cocok digunakan dalam berbagai service application yang terdapat pada sosial media.

6. Frekuensi Ka-Band (32-Ghz)

Ka-Band merupakan jenis frekuensi satelit yang sangat tinggi. Frekuensi ini membutuhkan akurasi penunjuk yang bagus beserta peralatan RF yang canggih. Teknologi VSAT yang disematkan padanya paling mutakhir jika dibanding KU-Band atau C-Band.

Frekuensi Ka-Band digunakan agar real broadband internet bisa dihadirkan pada teknologi VSAT. Oleh karena itu, layanan pada jaringan Ka-Band memiliki kecepatan internet broadband sesungguhnya. Sebab, kecepatan download yang ditawarkannya mulai dari 35 Mbps hingga 60 Mbps di setiap lokasi.

Kecepatan internet KA-Band bahkan diyakini mampu menyaingi kecepatan internet kabel optik. Penggunaan dish yang berukuran sama dengan Ku-Band yaitu dish 1,2 meter, menjadikan teknologi ini sangat dinantikan.

Kemampuan sharing bandwidth yang dimiliki oleh teknologi KU-Band memiliki kapasitas yang lebih besar dan biaya bandwidth yang relatif lebih rendah jika dibandingkan C-Band. Nah, faktor keunggulan ini menjadi berlipat ganda pada layanan jaringan Ka-Band.

Sharing ratio pada layanan jaringan Ka-Band jauh lebih besar. Dengan sebab itu, layanan ini mampu menghadirkan solusi kecepatan internet broadband yang memuaskan bagi para pelanggan. Bayangkan saja, sharing bandwidth download yang ditawarkan mulai dari kecepatan 35 Mbps.

Oleh karena itu, kehadiran teknologi Ka-Band berpotensi besar menggeser kepopuleran Ku-Band sebagai teknologi VSAT di darat disebabkan beberapa alasan yang telah disebutkan di atas.

Meskipun teknologi Ka-Band tergolong inovatif dan sangat mengesankan, tetap saja teknologi ini memiliki kekurangan. Kekurangan tersebut terlihat pada perangkat Ka-Band yang membutuhkan biaya lebih besar dibandingkan perangkat Ku-Band akibat spesifikasi perangkatnya lebih tinggi.

Kekurangan yang lain terletak pada daya tahannya yang lebih rendah terhadap cuaca. Sebab, frekuensi yang digunakannya lebih tinggi dibandingkan frekuensi Ku-Band. Sehingga, resiko terganggu oleh cuaca jauh lebih tinggi. Oleh karena itu, kestabilan layanan pada jaringan Ka-Band ini membutuhkan waktu pembuktian yang lebih lama dan evaluasi harus senantiasa dilakukan.

——-

Demikianlah ulasan mengenai satelit, jenis-jenis frekuensi satelit, dan hal-hal lain yang berkaitan dengannya. Setelah membaca ulasan ini, tentu Anda sudah mendapatkan gambaran besar terkait hal-hal yang berhubungan dengan satelit.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *